Jump to content

Anies Baswedan

From Wikipedia, the free encyclopedia

This is an old revision of this page, as edited by Hanief~enwiki (talk | contribs) at 05:39, 9 July 2007 (Created page with '“Latar belakang saya adalah aktivis, dunia pergerakan, sejak mahasiswa sampai sekarang”, tegas Anies. Itulah penegasannya ketika ditanya tentang latar belakang ...'). The present address (URL) is a permanent link to this revision, which may differ significantly from the current revision.

(diff) ← Previous revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)

“Latar belakang saya adalah aktivis, dunia pergerakan, sejak mahasiswa sampai sekarang”, tegas Anies. Itulah penegasannya ketika ditanya tentang latar belakang dirinya. Anies Baswedan adalah salah seorang intelektual muda Indonesia yang lahir dan besar dari rahim pergerakan. Saat duduk di bangku kuliah di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Anies menjabat sebagai ketua Senat Mahasiswa. Dari latar belakang inilah saat ini waktunya lebih banyak di habiskan dalam dunia ilmu dan penelitian untuk ikut bersumbangsih pemikiran bagi kelangsungan demokrasi di Indonesia.

Anies Baswedan lengkapnya Anies Rasyid Baswedan, lahir pada 7 Mei 1969 di Kuningan, Jawa Barat. Saat masih kecil Anies sudah diboyong oleh keluarganya ke Yogyakarta. Sebuah kota yang dikenal sebagai “kota republik”, saat masa genting kemerdekaan Indonesia. Anies adalah cucu dari Abdurrahman Baswedan, seorang pelaku sejarah yang dikenal sebagai ketua Partai Arab Indonesia (PAI). Ia sempat duduk sebagai anggota Konstituante, DPR pada era Orde Lama. Di masa pemerintahan Soekarno itu, Abdurrahman berkesempatan menjadi Menteri Penerangan Republik Indonesia. Selain bergerak dalam bidang politik dan pergerakan, Abdurrahman juga dikenal dalam bidang seni. Publik mengenalnya sebagai sastrawan, pengarang novel, puisi, maupun sebagai jurnalis. Salah satu karyanya yang terkenal adalah Bilik-bilik Rasulullah. Sebuah novel yang menceritakan kehidupan Nabi Muhammad yang penuh dengan keutamaan dan keteladanan. Sementara bapak Anies adalah Rasyid Baswedan, seorang multitalenta yang merambah banyak bidang dan lebih banyak dihabiskan waktunya sebagai pengajar di Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta. Ibunda Anies adalah Prof. Dr. Aliyah Rasyid Baswedan adalah pakar pendidikan dan pengajar di Universitas Negeri Yogyakarta. Dari latar belakang keluarga inilah, tak heran jika kemudian Anies membentuk dirinya sebagai orang yang lebih banyak bergerak dalam bidang pergerakan, intelektual, penelitian.

Latar belakang yang kukuh dari keluarga pergerakan ini disadari Anies sebagai dasar fundamental untuk menjejak kakinya menuju jenjang hidup berikutnya. Pendidikan sarjananya ditempuh di UGM dengan mengambil konsentrasi bidang ekonomi. Kuliah menjadi sarana pendidikan pergerakannya. Selain aktif dalam pergerakan mahasiswa, berkat prestasinya saat masih menjadi mahasiswa, dia terpilih untuk menghadiri kursus singkat mengenai Kajian Asia di Universitas Sophia Tokyo, Jepang. Anies lulus pada tahun 1995, yang kemudian mengantarkan dia bekerja untuk Pusat Antar Universitas dalam Ilmu Ekonomi di Universitas Gadjah Mada. Prestasinya berlanjut, ia kemudian mendapatkan beberapa beasiswa bergengsi untuk melanjutkan studinya di luar negeri. Diantaranya beasiswa untuk program pasca sarjana di University of Maryland, College Park pada bidang Ekonomi Internasional dan Kebijakan Pertahanan. Saat masih kuliah, dia dianugerahi William P. Cole III Fellow pada Maryland School of Public Policy. Selain itu Fulbright Scholarship pun ia rengkuh pada tahun 1997-1998. Ia aktif dalam lingkaran akademik di Amerika Serikat di mana beberapa tulisannya telah dipresentasikan dalam berbagai konferensi di Amerika Serikat, salah satunya adalah di Konferensi Midwest Political Science Association. Pendidikan doktornya ia tempuh pada Jurusan Ilmu Politik University of Northern Illinois, DeKalb, Amerika Serikat. Dengan disertasi : “Desentralisasi dan Bentuk-bentuk Demokrasi di Indonesia”. Anies merupakan salah satu dari sedikit warganegara Indonesia yang sering diundang untuk berbicara mengenai Indonesia di depan audiens Amerika di Washington DC. Ia telah mempublikasikan berbagai artikel tentang desentralisasi, demokrasi dan politik Islam di Indonesia. Artikel dalam jurnal yang terakhir ia terbitkan bertajuk “Political Islam : Present and Future Trajectory” yang dimuat dalam Asian Survey, yang dipublikasikan oleh University of California at Berkeley. Merujuk dari latar belakang akademisnya, bisa disimpulkan sebuah kombinasi kukuh dari dua bidang yang terpisah tapi berkaitan erat, yaitu ekonomi dan ilmu politik.

Sekembali dari Amerika pada tahun 2005, Anies tidak lantas diam berpangku menikmati menara gading pendidikannya. Mata batin dan nurani Anies tergugah melihat wajah dan penampilan bangsa Indonesia yang tidak segera membaik pasca reformasi. Ketergugahan ini ia wujudkan dalam bidang riset dan pendidikan. Dengan kemampuan akademik yang mumpuni, ia menjadi Direktur Riset pada The Indonesian Institute di Jakarta. Sebuah lembaga riset yang berkonsentrasi mengkaji bidang politik dan kebijakan publik. National Advisor bidang Desentralisasi dan Otonomi Daerah pada Partnership for Governance Reform, Jakarta. Selain itu, ia juga dipercaya sebagai peneliti utama pada Lembaga Survei Indonesia (LSI). Sebagai seorang cendekiawan, ia juga bergelut dalam aktivitas kemasyarakatan sebagai bentuk pengabdian. Diantaranya duduk sebagai Pengurus Yayasan Paramadina, Jakarta dan sejak Mei 2007 dirinya ditetapkan sebagai Rektor Universitas Paramadina untuk masa bakti 2007-20011. Berkecimpung juga di Yayasan Rahmatan Lil’alamin, serta sebagai Pengurus Bina Antara Budaya (Program Pertukaran Pelajar), Jakarta. Anies sering diundang sebagai pembicara dalam berbagai seminar nasional maupun internasional, juga kuliah umum di beberapa lembaga pendidikan dan universitas di Indonesia.

Ia menikah dengan wanita pujaannya, Fery Farhati Ganis. Fery sendiri beraktivitas sebagai konsultan bidang Parenting Education di Jakarta. Sampai saat ini keluarga Anies dikaruniai tiga anak, satu perempuan dan dua laki-laki. Yakni, Mutiara Annisa, Mikail Azizi dan si bungsu Kaisar Hakam.